Monday, March 16, 2015




Sebagai orang tua yang baik, setiap penulis sudah semestinya
memahami setiap karakter dan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya.
Anda tentu tidak akan memperlakukan “anak” Anda sebagai boneka.
Mereka mempunyai siklus kehidupan sebagaimana Anda.”
# A.S. Laksana, cerpenis ternama



Perjalanan Hidup Karakter dalam Cerita Anda



                Semua karakter dalam cerita adalah ibarat seseorang yang benar-benar menjalani kehidupan di dalamnya. Mereka tumbuh dinamis, memiliki harapan, kemauan, perasaan, pikiran, dan tujuan. Mereka bisa tertawa. Mereka bisa terluka. Mereka bisa jatuh cinta. Mereka pun bisa sengsara.Tetapi, meskipun Anda adalah yang memberi kehidupan pada karakter fiksi Anda, Anda tidak bisa seenaknya saja menentukan perannya seperti boneka.
                Anda berhak menentukan watak mereka. Terserah jika Anda mau membuat mereka menjadi orang alim, jujur, baik hati, suka menolong, dermawan dan tidak sombong. Atau bila ingin karakter itu menjadi orang yang cerewet, suka bicara kotor, jarang mandi dan suka buang kentut sembarangan juga boleh-boleh saja. Akan tetapi, Anda tidak bisa memaksa pikiran mereka untuk sejalan dengan kemauan Anda. Anda boleh saja menentukan garis nasib mereka. Tapi Anda tidak boleh menentukan hasrat mereka. Ingat, mereka itu hidup. Di dalam cerita mereka sama seperti Anda di dunia nyata.
                Sebab Anda telah menciptakan karakter Anda sedemikian rupa, maka Andalah yang bertanggungjawab untuk bisa memahami jalan pikiran dan perasaannya masing-masing. Salah jika mereka yang harus menuruti jalan pikiran Anda. Bagaimana bentuk fisiknya, bagaimana pola pikirnya, bagaimana perasaannya, bagaimana keinginannya, bagaimana kesulitannya dan lain sebagainya, harus Anda pahami.
                Jika Anda sudah menetapkan jatuhnya takdir—yang pahit, misalnya—untuk karakter Anda, maka Anda harus bisa melukiskan bagaimana karakter fiksi Anda itu menderita, entah itu secara lahir atau batinnya. Tidak hanya itu saja, Anda pun harus bisa memahami kira-kira bagaimana si karakter itu berpikir untuk mengatasi masalahnya. Misalnya, Anda menciptakan tokoh seorang pemabuk, suka main perempuan, penjudi, dan beringasan, sedangkan di cerita Anda menjatuhkan takdir untuknya supaya insyaf, maka jangan secara tiba-tiba karena suatu peristiwa dia langsung bisa sadar dan tobat, pembaca akan sangat kecewa telah membuang waktunya untuk membaca naskah Anda. Sebaliknya Anda harus mampu merasakan, bagaimana batin si tokoh itu mengalami guncangan jiwa sedikit demi sedikit dengan peristiwa yang membuatnya menyesal. Disamping itu bagaimana si tokoh tersebut melakukan pergulatan antara batinnya dengan godaan setan, semuanya harus Anda rasakan. Dengan perasaan itulah Anda menceritakan perjalanan hidup karakter Anda.
                A.S Laksana pernah menjelaskan bahwa karakter itu memiliki siklus kehidupan, yakni sama seperti manusia pada umumnya yang mengalami masa-masa seperti: lahir, masa remaja, dewasa, dan mati.
                Pada masa kelahiran, sebuah karakter memiliki latar belakang masing-masing, kemudian mengalami pengalaman yang berbeda-beda. Mereka punya keinginan dan tujuan dalam hidup mereka kelak. Beranjak ke masa remaja, si karakter akan mulai melakukan petualangan, mencoba banyak hal, belajar dan merespon lingkungan, hingga mulai terlibat masalah dan mencari-cari solusinya. Lalu karakter tersebut akan memasuki masa dewasa, masa yang membuatnya mengenal kerasnya dunia, bertanggungjawab, hati-hati, lebih bijak, dan menunjukkan watak asli yang sebenarnya melalui tindakan atau keputusan yang dia ambil. Yang paling menunjukkan bagaimana watak asli seseorang itu terlihat adalah masalah yang sedang dihadapinya, begitupun seharusnya dengan karakter Anda. Setelah itu semua masa itu, akhirnya karakter Anda akan mati saat cerita berkhir. Segala apa yang terjadi dan dilakukan si karakter akan menjadi pelajaran bagi pembaca. Maka masa kematian tersebut seharusnya membuat karakter Anda terkenang di benak pembaca. Entah dia mati seperti Pangeran Diponegoro, atau mati seperti Fir’aun, yang penting harus berkesan, sebab—seperti kata Masashi kishimoto—kehidupan seseorang itu dilihat dari kematiannya, begitu pula kehidupan di dalam cerita Anda akan terkenang lewat endingnya. []

2:31 AM   Posted by Unknown in , , , , with No comments

0 comments:

Post a Comment

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search