“Terus terang, saya sendiri selalu menulis buruk untuk
menghasilkan draf pertama tulisan saya... Namun, menurut saya, sesuatu yang kalau pun buruk tetap lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali.”
menghasilkan draf pertama tulisan saya... Namun, menurut saya, sesuatu yang kalau pun buruk tetap lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali.”
# A.S. Laksana, cerpenis ternama Indonesia
Ciptakan Tulisan yang Buruk
Seorang supir bus menggunakan
tangannya untuk mengontrol arah kendaraannya. Seorang tentara menggunakan
tangannya untuk menggunakan senjatanya. Seorang ibu rumah tangga menggunakan
tangannya untuk memasak. Dan banyak profesi lainnya yang bertumpuh pada tangan
untuk merealisasikan apa yang harus dicapainya, termasuk penulis. Dan karena
profesinya, mereka dituntut untuk tetap menjalankan tangannya dalam berbagai
situasi psikologis. Entah mereka sedang jatuh cinta, bingung, marah, bahagia,
dilema, termasuk ketika sedang tidak punya ide.
Jika mengalami saat-saat di mana
ide itu tidak berdiam diri dalam kepala dan karena itu seseorang tidak dapat
menggerakkan tangannya, maka seorang supir bus akan membawa petaka bagi para
penumpangnya, seorang tentara akan mati konyol dalam medan tempur, seorang ibu
rumah tangga akan membuat kelaparan seisi rumah, dan seorang penulis akan
ditertawan oleh status profesinya.
Ide selalu dikambing-hitamkan
sebagai penyebab tidak terciptanya sebuah karya. Padahal sebenarnya ide pun bukanlah
jaminan rampungnya karya. Tidak adanya kemauan barulah pantas diterima sebagai
alasan mengapa karya itu belum tercipta.
Memang sepertinya mudah jika
cuma bicara. Tetapi jika Anda benar-benar ingin terjun ke dalam dunia
penulisan, pertama yang harus Anda miliki sebagai modal adalah “ketebalan
kulit”. Kreatifitas hanyalah nomor dua. Istiqomah
atau kekonsistenan untuk menulis harus menjadi napas bagi para penulis.
Mengenai ide, jika memang ia
sedang tidak bersahabat dengan Anda maka hentikan untuk mencarinya. Tetapi
ciptakanlah dia. Dengan apa? Tentu
saja dengan menulis. Bagaimana bisa?
Memang bukan pekerjaan mudah
jika ingin menciptakan tulisan yang bagus. Maka, saran yang tepat untuk Anda
agar tetap bisa menulis dalam situasi apapun adalah: menulislah yang buruk!
Dengan buruk? Yang benar saja!
Dengan menulis buruk pekerjaan
menulis akan menjadi ringan. Anda tidak perlu menjadi secerdas Andrea Hirata,
Pramoedya, Sartre, Morrison, Bradbury, atau lainnya untuk melakukan hal ini. Penulis
paling payah sedunia pun dapat melakukannya.
Tulislah
apa saja yang anda inginkan, selama itu tidak berdosa. Mulailah dari apa saja
yang menurut Anda perlu ditulis. Kesampingkan dulu penilaian baik atau
buruknya. Sebuah sampah pun bisa menjadi pupuk jika dimanfaatkan, bukan berarti
tulisan buruk Anda tidak dapat didaur ulang. Semua hanya masalah kreatifitas yang
Anda pekerjakan untuk mengolahnya. Jadi biasakanlah menulis meskipun itu
menjadi tulisan yang seburuk-buruknya tulisan. []
Latihan!
1. Ambil kertas dan pena
2. Pikirkan sesuatu (sekali pun itu hal remeh-temeh) dalam 10-20 detik.
3. Tuliskan isi pikiran Anda tanpa berhenti dalam 5-7 menit.
4. Pikirkan sesuatu lagi untuk menyambung pikiran Anda sebelumnya dalam
10-20 detik.
5. Tuliskan lagi dalam waktu 5-7 menit tanpa berhenti.
6. Pikirkan lagi sesuatu dalam interval waktu yang sama dan tulis kembali
dalam waktu yang sama.
7. Baca ulang tulisan Anda. Apakah ada tokoh? Konflik? Setting? Atau
lainnya? Sebutkan!
Catatan:
Jika Anda telah melakukannya,
saya ucapkan: Selamat! Anda berhasil menciptakan tulisan kurang-lebih satu
halaman kertas A4 dengan cepat, sekaligus dengan hasil yang buruk.
Kesampingan dulu penilaian buruk
yang ada, yang jelas Anda bisa memperbaiki atau mengembangkannya sebagai cerpen
yang utuh.
Latihan di atas saya maksud
untuk melatih kebiasaan menulis dan menghilangkan kebuntuhan ide. Secara
berlanjut, latihan tersebut tentu dapat mengasah keterampilan menulis
seseorang.
Semoga bermanfaat! []
0 comments:
Post a Comment